Lado katiak atau lado langkok Panangka Palasik. Mungkin jika tumbuh besar di daerah Minangkabau, Anda pernah mendengar istilah tersebut. ...
Lado katiak atau lado langkok Panangka Palasik. Mungkin jika tumbuh besar di daerah Minangkabau, Anda pernah mendengar istilah tersebut. Atau yang pernah menonton TV di era-90-an setidaknya kenal dengan film atau serial dengan judul Palasik jika tidak salah.
Diilustrasikan dalam film tersebut, palasik seorang yang bisa melepas kepalanya untuk mencari ‘makan’. Namun apakah benar sang Palasik tersebut sejatinya seperti itu?
Dari beberapa sumber literatur yang menguatkan palasik melepaskan kepalanya menyatakan palasik tersebut akan melepas kepala. Mencari mangsa para bayi, ada yang bayi hidup dan ada juga bayi yang baru saja meninggal dan di cari ke kuburnya. Penggambaran palasik ini cukup menakutkan. (sering disebut dengan palasik kuduang)
Tetapi, di beberapa daerah Minangkabau, Palasik tidak di visualisasi terlalu menakutkan. Palasik hanyalah manusia biasa. Bahkan adakalanya si Palasik ini tidak mengetahui bahwa dirinya adalah Palasik. Palasik, hanya manusia normal saja. ‘Sifat’ Palasik ini turun temurun.
Palasik hanya akan ‘menghirup’ aroma. Dalam keseharian kita kenal dengan ‘ di isok palasik’.
Palasik dibedakan juga menjadi dua macam yaitu,
Demi penangkal palasik ini, tidak jarang kita melihat bayi yang dibekali dengan ‘lado katiak atau lado langkok’. Biasanya akan ‘diambuih’ terlebih dahulu oleh seorang dukun anti palasik. Kemudian, lado tersebut di kunyah dan di sembur di sekitaran rumah. Sebagai tambahan bayi juga dibekali dengan jimat yang dikalungkan di leher atau di pinggang. Bisa berupa uang logam tua, atau bungkusan kecil yang di ikat dengan benang tujuh warna.
Di beberapa daerah masih ditemukan kepercayaan ini. Terbukti, sebagai antisipasinya – ketika memasak semisal dalam acara baralek maka ada yang memasukkan garam, memasukkan cabe ke dalam tungku memasak. Ada juga dengan membakar beberapa ‘samparah karambia’.
Benar atau tidaknya, hal semacam ini masih diyakini ada. Sekali lagi, ini terbukti dengan berbagai cara yang dilakukan untuk ‘manangka’ palasik tersebut. (Foto: Instaview.xyz)
Diilustrasikan dalam film tersebut, palasik seorang yang bisa melepas kepalanya untuk mencari ‘makan’. Namun apakah benar sang Palasik tersebut sejatinya seperti itu?
Dari beberapa sumber literatur yang menguatkan palasik melepaskan kepalanya menyatakan palasik tersebut akan melepas kepala. Mencari mangsa para bayi, ada yang bayi hidup dan ada juga bayi yang baru saja meninggal dan di cari ke kuburnya. Penggambaran palasik ini cukup menakutkan. (sering disebut dengan palasik kuduang)
Tetapi, di beberapa daerah Minangkabau, Palasik tidak di visualisasi terlalu menakutkan. Palasik hanyalah manusia biasa. Bahkan adakalanya si Palasik ini tidak mengetahui bahwa dirinya adalah Palasik. Palasik, hanya manusia normal saja. ‘Sifat’ Palasik ini turun temurun.
Palasik hanya akan ‘menghirup’ aroma. Dalam keseharian kita kenal dengan ‘ di isok palasik’.
Palasik dibedakan juga menjadi dua macam yaitu,
Palasik Anak
Mangsa dari Palasik Anak ini adalah bayi. Seorang bayi tak boleh terlihat atau tercium oleh palasik ini. Jika terjadi, sang Bayi akan di isok palasik. Akibatnya bayi akan menangis tengah malam, demam, panas, bahkan dalam waktu lama bisa kurus dan meninggal dunia.Demi penangkal palasik ini, tidak jarang kita melihat bayi yang dibekali dengan ‘lado katiak atau lado langkok’. Biasanya akan ‘diambuih’ terlebih dahulu oleh seorang dukun anti palasik. Kemudian, lado tersebut di kunyah dan di sembur di sekitaran rumah. Sebagai tambahan bayi juga dibekali dengan jimat yang dikalungkan di leher atau di pinggang. Bisa berupa uang logam tua, atau bungkusan kecil yang di ikat dengan benang tujuh warna.
Palasik Samba
Jenis palasik ini memangsa masakan. Ketika ada ‘baralek’ atau seseorang membuat rendang, kalio dan sejenisnya yang dari daging. Akibatnya, bila masakan tersebut kena Palasik, maka rasa masakan akan hambar meskipun telah di masukkan bumbu sebanyak mungkin.Di beberapa daerah masih ditemukan kepercayaan ini. Terbukti, sebagai antisipasinya – ketika memasak semisal dalam acara baralek maka ada yang memasukkan garam, memasukkan cabe ke dalam tungku memasak. Ada juga dengan membakar beberapa ‘samparah karambia’.
Benar atau tidaknya, hal semacam ini masih diyakini ada. Sekali lagi, ini terbukti dengan berbagai cara yang dilakukan untuk ‘manangka’ palasik tersebut. (Foto: Instaview.xyz)
Agiah Komen Gai La Sanak