Bosan pula untuk disebutkan bahwasanya Ranah Minang pernah melahirkan banyak tokoh besar dan berjasa. Karena begitu banyaknya, mungkin ada y...
Bosan pula untuk disebutkan bahwasanya Ranah Minang pernah melahirkan banyak tokoh besar dan berjasa. Karena begitu banyaknya, mungkin ada yang terlupakan. Untuk yang paling dikenang mungkin sungguh akrab bagi kita dengan nama Agus Salim, Sutan Syahrir dan M.Hatta.
Disebutkan nama Tamar Djaja, tak banyak mungkin dari kita yang masih muda mentah berdegap kenal dengan nama ini. Siapakah dia? Itu yang menjadi awal tanda tanya di benak kita.
Disebutkan nama Tamar Djaja, tak banyak mungkin dari kita yang masih muda mentah berdegap kenal dengan nama ini. Siapakah dia? Itu yang menjadi awal tanda tanya di benak kita.
Surya Suryadi dalam blog niadilova.wordpress.com memberikan pujian “ Tulisannya bak buah rambai dilambuikkan di berbagai harian”.
Artinya, kalau rambai dilambuikkan tentu banyak dan berserak. Adalah perumpamaan sedemikian karya Tamar Djaja ini.
Beliau telah menyelesaikan penulisan buku hingga 155. Berbicara kualitas karya Tamar Djaja, bisa kita sejajarkan dengan A Rivai, M Amir Adinegoro. Tulisan beliau menjamah dunia politik, Keislaman dan Fiksi, hingga autobiografi tokoh besar Indonesia semisal Rohana Kudus, Natsir, Bung Tomo, Tan Malaka dll.
Tamar Djaja juga disebutkan pernah menjadi pimpinan Majalah HPII, Pahlawan Muda dan Majalah PERMI Keris, Bukittinggi.
Berbicara untuk jenis karya Fiksi, Tamar Djaja dikenal sebagai penulis: Journalist Alamsjah, Sebabnja Saja Bahagia, Si Bachil dari Desa ke Kota, Samora Gadis Toba, Iboe jang Loetjoe, Tersesat, Berontak, Menentoekan Nasib.
Pada tahun 1950, Tamar Djaja bersama M Dalyono, beliau memimpin majalah Kursus Politik. Antara tahun 1950 hingga 1953, majalah Suara Partai Masjumi (Masyumi) dibawah pimpinan beliau juga. Berikutnya juga dikenal menjadi pemimpin Mimbar Agama, Penuntun ; majalah terbitan Departemen Agama RI. Di tahun 1957, Tamar didaulat menjadi ketua Umum Himpunan Pengara Islam dan sekaligus memimpun majalah Daulah Islamiyah.
Dari karir beliau di bidang tulis menulis, beliau diberikan anugrah sebagai Perintis Kemerdekaan. Mungkin tak banyak informasi yang diketahui tentang kehidupan pribadi Tamar Djaja, hanya saja disebutkan beliau lahir di Sungai Jariang (Bukittinggi) pada tanggal 12 Maret 1913 dan wafat pada tahun 1984. (tahu iko dari niadilova.wordpress.com, judul e Minang Saisuak- Penulis dan Wartawan Hebat, 7 Maret 2016, blog tu punyo uda Dr Suryadi, caliak lah blog tu, ancak mah)
Beliau telah menyelesaikan penulisan buku hingga 155. Berbicara kualitas karya Tamar Djaja, bisa kita sejajarkan dengan A Rivai, M Amir Adinegoro. Tulisan beliau menjamah dunia politik, Keislaman dan Fiksi, hingga autobiografi tokoh besar Indonesia semisal Rohana Kudus, Natsir, Bung Tomo, Tan Malaka dll.
Tamar Djaja juga disebutkan pernah menjadi pimpinan Majalah HPII, Pahlawan Muda dan Majalah PERMI Keris, Bukittinggi.
Berbicara untuk jenis karya Fiksi, Tamar Djaja dikenal sebagai penulis: Journalist Alamsjah, Sebabnja Saja Bahagia, Si Bachil dari Desa ke Kota, Samora Gadis Toba, Iboe jang Loetjoe, Tersesat, Berontak, Menentoekan Nasib.
Pada tahun 1950, Tamar Djaja bersama M Dalyono, beliau memimpin majalah Kursus Politik. Antara tahun 1950 hingga 1953, majalah Suara Partai Masjumi (Masyumi) dibawah pimpinan beliau juga. Berikutnya juga dikenal menjadi pemimpin Mimbar Agama, Penuntun ; majalah terbitan Departemen Agama RI. Di tahun 1957, Tamar didaulat menjadi ketua Umum Himpunan Pengara Islam dan sekaligus memimpun majalah Daulah Islamiyah.
Dari karir beliau di bidang tulis menulis, beliau diberikan anugrah sebagai Perintis Kemerdekaan. Mungkin tak banyak informasi yang diketahui tentang kehidupan pribadi Tamar Djaja, hanya saja disebutkan beliau lahir di Sungai Jariang (Bukittinggi) pada tanggal 12 Maret 1913 dan wafat pada tahun 1984. (tahu iko dari niadilova.wordpress.com, judul e Minang Saisuak- Penulis dan Wartawan Hebat, 7 Maret 2016, blog tu punyo uda Dr Suryadi, caliak lah blog tu, ancak mah)
Agiah Komen Gai La Sanak