Salah satu topik menarik dalam kehidupan yang tak bosan dibahas adalah masalah percintaan. Perpaduan kasih dua Makhluk. Dibelahan bumi man...
Salah satu topik menarik dalam kehidupan yang tak bosan dibahas adalah masalah percintaan. Perpaduan kasih dua Makhluk.
Dibelahan bumi manapun, ini selalu saja menjadi cerita tersendiri. Memandang ke Eropa, siapa yang tak kenal dengan kisahnya Romeo dan Juliet. Atau bisa juga sekilas meingat bagaimana latar belakang percintaan Jack dan Rose dalam film Titanic.
![]() |
Kisah Kasih Tak Sampai |
Semacam Di Bawah Lindungan Ka’bah, karya Buya Hamka. Bagaimana percintaan Hamid dan kekasihnya terhalang karena status sosial.
Dibawa pula pandangan pada lagu Minang. Lagu yang sejatinya tetap mengikuti perkembangan zaman. Seni yang lebih bersifat dinamis. Tetap saja, topik cinta terbatas status sosial ini tak bosan dan selalu menjadi bahan inspirasi para penulis lagunya.
Tak Jarang lagu lagu akan kita temui dengan lirik lirik lirih,
Adiak Ameh Denai Loyang, atau kalimat yang sejenis, Siriah jo Karakok, Suto jo Marekan. Memiliki makna yang sama, barang yang hampir sama, tetapi berbeda nilainya. Ameh (Emas) dibandingkan dengan Loyang (sejenis logam yang lebih murah), Siriah (daun sirih) dan Karakok (bentuknya menyerupai sirih), Suto (sutra) jo Marekan (kain yang lebih kasar dan murah).
Tapi, hal semacam inilah yang menjadi sebuah kisah cinta yang menarik. Bagian kisah menyedihkan yang kadang menjadi hiburan bagi orang lain. Naluri alamiah manusia, senang di atas derita orang lain (hahahaha).
Sebagaimana (kalau tidak salah) Buya Hamka mengatakan, indahnya kisah cinta itu antara si kaya dan si miskin. Kisah cinta si kaya dan si kaya tidaklah menarik apalagi cinta si miskin dan si miskin.
Bagi kalangan muda mungkin akan bertanya, Apakah pantas hal demikian. Belum lagi yang mabuk asmara dan memiliki sikap kritis – Cinta datang dari Tuhan, kenapa manusia membedakannya menjadi strata sosial?
Ironi kadang pernyataan semacam itu. Abu-Abu, ada benarnya hal yang diungkapkan tersebut. Tetapi kebenaran lain ada dibaliknya.
Orang tua memilih pasangan terbaik untuk pendamping anaknya, wajar saja. Siapa yang tak bahagia dengan melihat anaknya bahagia?
Alasan Cinta, Cinta terkadang hanya alasan. Sementara cinta tersebut imajinasi candu. Cinta itu kebiasaan. Setelah terbiasa maka cinta itu akan ada. Tidak sedikit, mereka yang dijodohkan orang tuanya, karena terbiasa bersama. Akhirnya sukses menjalani bahtera rumah tangga. Bahkan banyak yang berumah tangga, dengan paduan kasih, cinta yang mempertemukan mereka. Pada akhirnya, cinta yang memisahkan mereka juga, iya cinta yang lain.
Apapun itu, bagi yang mengalami hal se-kisah ini. Bukan meratapi atau mengumpat keadaan jalan keluarnya. Ini harusnya menjadi motivasi bagi kaum muda Minang yang merasakan kisah cinta Siriah jo Karakok. Perubahan diri, Mambangkik Batang Tarandam, untuang kok lai tabali jo suto juo. Jika-pun hari ini kasiah dilarai urang tuo, karena ambo urang ndak punyo – mungkin menjadi lebih baik, ikhtiar dan doa. Bisa membuat kasih di episode berikutnya tidak lagi terlerai.
Bagi kalangan muda mungkin akan bertanya, Apakah pantas hal demikian. Belum lagi yang mabuk asmara dan memiliki sikap kritis – Cinta datang dari Tuhan, kenapa manusia membedakannya menjadi strata sosial?
Ironi kadang pernyataan semacam itu. Abu-Abu, ada benarnya hal yang diungkapkan tersebut. Tetapi kebenaran lain ada dibaliknya.
Orang tua memilih pasangan terbaik untuk pendamping anaknya, wajar saja. Siapa yang tak bahagia dengan melihat anaknya bahagia?
Alasan Cinta, Cinta terkadang hanya alasan. Sementara cinta tersebut imajinasi candu. Cinta itu kebiasaan. Setelah terbiasa maka cinta itu akan ada. Tidak sedikit, mereka yang dijodohkan orang tuanya, karena terbiasa bersama. Akhirnya sukses menjalani bahtera rumah tangga. Bahkan banyak yang berumah tangga, dengan paduan kasih, cinta yang mempertemukan mereka. Pada akhirnya, cinta yang memisahkan mereka juga, iya cinta yang lain.
Apapun itu, bagi yang mengalami hal se-kisah ini. Bukan meratapi atau mengumpat keadaan jalan keluarnya. Ini harusnya menjadi motivasi bagi kaum muda Minang yang merasakan kisah cinta Siriah jo Karakok. Perubahan diri, Mambangkik Batang Tarandam, untuang kok lai tabali jo suto juo. Jika-pun hari ini kasiah dilarai urang tuo, karena ambo urang ndak punyo – mungkin menjadi lebih baik, ikhtiar dan doa. Bisa membuat kasih di episode berikutnya tidak lagi terlerai.
Agiah Komen Gai La Sanak