Kebenaran itu mutlak. Tapi tidak selamanya, bisa saja sesuatu yang benar bergeser dan menjadi sesuatu yang tidak dianggap lagi benar. Teruta...
Kebenaran itu mutlak. Tapi tidak selamanya, bisa saja sesuatu yang benar bergeser dan menjadi sesuatu yang tidak dianggap lagi benar. Terutama dalam menyampaikan sebuah perihal.
Penyebab kebenaran gugur dan tidak lagi benar adalah kepercayaan pendengar terhadap si pembicara atau penyampai kebenaran. Oleh sebab itu, sekiranya perlu diketahui 4 faktor yang menyebabkan kebenaran hilang menurut adat Minangkabau berikut ini,
Jika tidak, sesuatu yang benar akan bernilai salah karena penyampaian dengan sikap dan bahasa yang tidak benar. Sederhananya si-pendengar tentu akan merasa tersinggung dengan penyampaian yang tidak baik. Lalu, bagaimana bisa mereka menerima kebenaran yang disampaikan? Ajaran Adat menggariskan,
Sebab dengan terlalu banyak 'pemanis' tidak terlalu baik untuk 'kesehatan'. Apalagi 'pemanis' tersebut pemanis buatan. Pahamlah kita tentang hal ini.
Prioritasnya dalam menyampaikan kebenaran adalah bagaimana menempatkan etika dalam berucap. Contohnya: menyampaikan pada orang yang lebih tua ; menyampaikan pada sebaya; menyampaikan pada yang lebih kecil usianya. Hal ini erat kaitannya dengan Jalan nan Ampek dalam Kehidupan Pergaulan.
Penyebab kebenaran gugur dan tidak lagi benar adalah kepercayaan pendengar terhadap si pembicara atau penyampai kebenaran. Oleh sebab itu, sekiranya perlu diketahui 4 faktor yang menyebabkan kebenaran hilang menurut adat Minangkabau berikut ini,
1. Banyak Kato-Kato
Pabila banyak kata yang terlalu berlebihan tanpa lagi mempertimbangkan patuik jo mungkin justru menjadi bumerang pada kebenaran tersebut. Akibatnya kebenaran tersebut hilang. Sesuai dengan petuah adat yang mengingatkan,Banyak kato banyak salah, banyak kecek banyak khilafnyoOleh sebab itu jauhkanlah diri dari kata-kata yang berlebihan.
2. Kurenah kato-Kato
Pengertian kurenah adalah perilaku atau sikap seseorang ketika berucap. Saat menyampaikan hal yang benar, maka perhatikanlah bagaimana bersikap dan memilih bahasa yang baik dalam menyampaikannya.Jika tidak, sesuatu yang benar akan bernilai salah karena penyampaian dengan sikap dan bahasa yang tidak benar. Sederhananya si-pendengar tentu akan merasa tersinggung dengan penyampaian yang tidak baik. Lalu, bagaimana bisa mereka menerima kebenaran yang disampaikan? Ajaran Adat menggariskan,
Kok pandai bakato-kato bak santan jo tangguli, kok indak pandai bakato-kato bak alu pancukia duri
3. Si-Manih Kato
Penyampaian yang baik disyaratkan sebelumnya. Ingat penyampaian yang baik, bukan dengan penyampaian yang terlalu di-maniskan atau dibuat-buat terlalu indah.Sebab dengan terlalu banyak 'pemanis' tidak terlalu baik untuk 'kesehatan'. Apalagi 'pemanis' tersebut pemanis buatan. Pahamlah kita tentang hal ini.
4. Lengah Kato-Kato
Hampir berkaitan dengan kurenah, yaitu pemilihan sikap dalam menyampaikan. Menitik beratkan pada sopan santun. Bagaimana memakaikan norma pada setiap penyampaian.Prioritasnya dalam menyampaikan kebenaran adalah bagaimana menempatkan etika dalam berucap. Contohnya: menyampaikan pada orang yang lebih tua ; menyampaikan pada sebaya; menyampaikan pada yang lebih kecil usianya. Hal ini erat kaitannya dengan Jalan nan Ampek dalam Kehidupan Pergaulan.
Agiah Komen Gai La Sanak