Ketika cinta datang, insan menjadi buta, tuli. Begitu sekiranya para pemuja cinta berkata. Namun tak selamanya cinta tersebut bersatu. Poto...
Ketika cinta datang, insan menjadi buta, tuli. Begitu sekiranya para pemuja cinta berkata. Namun tak selamanya cinta tersebut bersatu. Potongan kalimat ke-dua ini yang sedikit memberi pelajaran penting. Ada banyak alasan menjadi cinta tak bisa bersama.
Salah satunya adalah ketika romansa antara muda-mudi Minangkabau dimana dalam garis keturunan mereka adalah satu suku (marga). Dikenal sistem suku di Minangkabau yang diwariskan secara matrilineal. Ada suku Koto, Piliang, Jambak, Chaniago, Guci dan masih banyak lainnya.
Dari larangan tersebut ada beberapa mitos yang menjadi ketakutan ketika kawin sesuku ini terjadi.
1. Salah secara Agama
Sejatinya kawin dengan yang memiliki suku yang sama tidak menyalahi Syarak. Memang kental adaik ba sandi syarak, syarak basandi kitabullah. Sementara syarak tidak pernah ada larangan kawin sesuku (kecuali yang muhrim/haram untuk dikawini seperti saudara kandung).
Secara agama perkawinan ini sah. Namun tetap saja, ini dilarang secara adat. Memang tidak berdosa melakukan ini. Tetapi begitulah ketentuan adat.
Alasan panjang bisa diuraikan kenapa ini dilarang. Perbendaharaan kata dilarang di sini bukan berarti mengharamkan. Bisa saja, melakukan kawin sesuku. Namun konsekuensinya akan dikenakan denda hingga diusir dari kampung.
Perkawinan sesuku dianggap akan merusak hubungan antara anggota kaum. Salah satunya dalam hal pemberian warisan tingkat tinggi. Tentu tata laksana kelanjutan pewarisan harta tingkat tinggi akan jadi rusak.
Sisi positifnya, dengan melarang kawin sasuku, mengajarkan masyarakat untuk lebih bersosialisasi, mengenal banyak orang, dan menjalin hubungan kekerabatan yang lebih luas.
2. Rumah Tangga tidak akan Bertahan Lama
Konon dengan melakukan kawin sesuku, akibatnya bahtera rumah tangga akan karam. Tidaklah demikian juga sebenarnya.
Bisa dilihat ada yang kawin se-suku bisa menjalani rumah tangganya dengan baik. Namun tetap saja, ketika tidak mematuhi aturan adat, ada konsekuensi dari masyarakat yang harus anda hadapi.
3. Anak akan cacat, akhlak tidak baik dll
Secara keilmuan ataupun metode ilmiah ini belum bisa dicap sebagai hal yang valid. Namun, kembali ini menjadi sebuah mitos yang menakutkan.
Namun pada dasarnya jika memang Minang sejati tentu tak akan melakukan hal ini. Adapun perihal cinta, ingatlah 'Kumbang Indak saikua, Bungo Indak Satangkai'.
Agiah Komen Gai La Sanak